Wednesday, December 18, 2013

Seduction by The Book : Praktikkan Buku dalam Kehidupanmu!



Judul Buku : Seduction By The Book
Penulis : Stephanie Bond
Halaman : 224 (ebook)
Penerbit : Harlequin Blaze

Pernah nggak kamu terinspirasi sama buku fiksi yang kamu baca, trus kamu praktekkan langsung dalam kehidupanmu?

Gabrielle, Cassie, Page, Wendy, Jacqueline dan Carol tergabung dalam sebuah klub buku bernama Red Tote Book Club. Mereka telah membahas beberapa erotic literatur baik itu kontemporer maupun klasik. Kali ini Gabrielle, selaku ketua dan yang tertua di klub tersebut, memberi tugas kepada masing-masing anggota klub untuk mempraktekkan isi buku yang telah mereka bahas.

“I dare you to take the book that most spoke to you, that most changed you. Then each of you pick a month and, using that book’s themes and lessons…seduce the man of your dreams. Putting the words into action, so to speak.”

Yang pertama menyanggupi tugas itu adalah Cassie. Dulu dia punya seorang pacar bernama Mark. Cassie jatuh cinta pada Mark, tapi Mark malah memutuskan hubungan mereka. Cassie berpikir, Mark minta putus karena Cassie nggak ngasih sinyal kalau dia tertarik untuk lebih dari sekedar ciuman singkat #youknowwhatimean. I guess we’re just not that into each other. Something’s missing…”, kata Mark. Kali ini Cassie mau mencoba menarik perhatian Mark kembali, dan dia memilih inspirasi dari buku Lady Chatterley’s Lover by D. H. Lawrence. Kenapa? Karena di buku itu tokoh wanitanya, Connie bertindak proaktif untuk mengubah kehidupan bercintanya dengan seorang tukang kebun. Maka dimulailah aksi Cassie menggoda Mark, termasuk basah-basahan di kebun sampai godain Mark untuk bercinta di kursi santai.

Page yang awalnya ragu sama tugas ini mulai berani setelah melihat kesuksesan Cassie. Page seorang adalah mantan sekretaris boss di sebuah perusahaan. Setelah boss-nya meninggal, anak si boss mengambil alih usaha. Richard punya pesona yang tidak bisa ditolak oleh banyak perempuan, termasuk Page. Sayangnya Richard terlalu serius bekerja. Suatu kali, Page membantu Richard dalam suatu tugas, dan Richard mendapati bahwa Page memiliki kemampuan lebih dari hanya sebagai seorang sekretaris. Page pun  memutuskan menggunakan isi buku Venus in Furs by Leopold von Sacher-Masoch untuk mendapatkan Richard. Kalau di kantor Page adalah bawahan, di luar kantor Page berusaha menjadi seorang yang dominan. Ternyata Richard malah suka menjadi submissive-nya. Page pun menunjukkan who is the real boss.

Wendy jatuh cinta pada sahabatnya, Nate. Tapi karena mereka telah akrab sejak kecil, Nate selalu menganggap kedekatannya dengan Wendy hanyalah sekedar sahabat. Wendy ingin satu hubungan serius dengan Nate. Rencana Wendy terinspirasi dari buku Fanny Hill by John Cleland. Buku klasik yang mengambil setting tahun 1960-an ini berkisah tentang seorang party girl yang berusaha mencari perhatian orang terdekatnya. Namanya juga buku klasik, jadi metodenya agak klasik juga. Wendy berpura-pura jatuh cinta pada seorang pria, dan meminta saran dari Nate untuk mendapatkan pria tersebut. Mulai dari ngajak Nate ke toko lingerie sampai ngasih sekotak penuh sex toys ke Nate dengan alasan pengen jadi gadis baik-baik. Nate yang sebenarnya suka sama Wendy jadi putus harapan dan menerima tawaran kantornya untuk pindah ke kota lain. Mengetahui Nate mau pindah, Wendy bertindak cepat. One night stand is better than nothing.

Jacqueline adalah seorang akuntan yang mengurus keuangan sebuah restoran milik Elliot. Elliot ini chef paling sok dan menyebalkan yang pernah ditemui Jacqueline sepanjang karirnya. Tapi melihat Elliot dengan tangan besarnya mengelola masakan di dapur restoran, Jacqueline malah membayangkan kalau tangan itu ada di bokongnya. Yang ada di pikirannya adalah buku The Slave by Laura Antoniou, dimana seorang wanita menjadi seorang sub, dan menginginkan pleasure-pain untuk kenikmatan. Dan ketika dia mulai menggoda Elliot di dapurnya yang luas, bukan hanya Jacqueline yang menikmati permainan ini.

Buku omnibus ini memang terinspirasi dari literatur yang sudah disebutkan di atas. Namanya juga harlequin, pastilah kisahnya happy ending. Kalau disuruh memilih diantara keempat kisah di atas, saya lebih suka kisahnya Cassie. Di antara keempat kisah itu yang konfliknya lebih kerasa ya kasusnya Cassie. Berturut-turut berikutnya kisah Page, Wendy, dan Jacqueline. Saya sendiri belum pernah membaca satu pun literatur yang menjadi inspirator mereka berempat.

Itu kisah mereka. Kalau kamu? #grin

Monday, December 16, 2013

Kegunaan Lain Laptop Apple (?)

Kemarin ini saya dapat pelajaran penting tentang kegunaan lain laptop Apple.
Tapi sebelum bercerita lebih lanjut, biarlah saya balik dulu ke awal mula kisah ini.

Cerita dimulai di grup Whatsapp Spank Club (tempat semua chat absurd grup ini bermula). Alkisah salah seorang member kami (Ibutio) bercerita tentang film "seru" yang ditontonnya. Saya sudah lupa judul film yang beliau maksud, pokoknya pemerannya Cameron Diaz dan Javier Bardem (bener kan ya?).

berusaha mencari kemiripan Cameron Diaz & ikan ini
Saya lebih lupa lagi gimana cerita film tersebut. Pokoknya ada satu adegan yang berkesan yang diceritakan Ibutio. Dan itu adalah adegan saat Cameron Diaz bercinta DENGAN mobil. Yup...bukan di DALAM mobil seperti lazimnya orang lain, tapi DENGAN mobil #sengajadiulang.

Adegan ini aja sudah cukup aneh, tapi lebih aneh lagi karena selama Cameron Diaz beraksi, rupanya Javier Bardem menonton dari dalam mobil sambil bermonolog bahwa Cameron Diaz tampak seperti ikan sapu-sapu.

Buat yang bertanya kenapa Cameron Diaz memilih bercinta dengan mobil Ferrari kuning dan bukannya dengan Javier Bardem, dengan segala kerendahan hati, saya akan jawab kalo saya juga nggak tahu X).

Mungkin  karena Ferrari kuning lebih menggoda daripada Bardem. Ato mungkin karena Ferrari kuning lebih panjang daripada Bardem sehingga dengan ferrari, Cameron Diaz bisa merentangkan kakinya lebih bebas. Mungkin saja selama ini si mbak cantik ini punya obsesi bercinta sambil split. Entahlah...hanya beliau dan sutradara yang tahu jawabannya.
kaki si Mbak emang panjang sih yaa ;)
Etapi saya melantur nih. Balik ke tujuan utama postingan yaaa.
Pertanyaan yang paling masuk akal datang dari Teh Peni yang bertanya : "Gimana caranya bisa orgasme sama mobil?"
Dan jawaban paling membuka wawasan datang dari Pak Presiden Spank Club aka Kang Eri SF. Beliau menjawab : "Kan mobilnya nyetrum. Jadi getar-getar."

Saya pun terpana membaca jawaban ini.
Lalu pandangan saya beralih ke laptop Apple yang sudah renta dan hobi nyetrum. Entah kenapa, laptop Apple ini emang hobi banget nyetrum. Dan bukan cuma laptop saya, tapi hampir semua pengguna Apple yang saya kenal mengeluhkan hal yang sama.

Dulu-dulu sih saya selalu merasa aneh. Kok bisa brand sebesar Apple bikin laptop yang nyetrum sementara brand laptop lokal semacam Byon yang cuma dipake oleh segelintir orang (termasuk saya) malah gak pernah nyetrum?
Tapi setelah tahu fungsi nyetrum yang lain, saya rasa saya dapat jawabannya. Jangan-jangan emang itulah ciri khas Apple, sekalian salah satu service mereka ke pelanggan. Laptop yang juga bisa berfungsi sebagai vibrator!

Luar biasa! Epik!
Mengingat tingkat penjualan laptop Apple yang cukup tinggi, sepertinya strategi dagang ini berhasil. Kudos untuk Apple yaa.

(diketik sambil menghadapi setrum-setrum imut dari laptop tua kesayangan, disertai pesan teh Peni yang selalu terngiang : "Hati-hati, budok. Nanti bisa orgasme kalo pake laptop".)

Oh bye the way, saya belum nunjukkin laptop Apple yang saya maksud ya? Ini diaa....

Ya pantes aja nyetrum X)

Sunday, December 15, 2013

Aku dan Fifty Shades of Grey


 Judul: Fifty Shades of Grey (Fifty Shades #1)
Penulis: E. L. James
 Cover image: Papuga2006 | Dreamstime.com
Cover design: Jennifer McGuire
Diterbitkan pertama kali oleh The Writer's Coffe Shop
Edisi 1, April 2011
e-book
ISBN: 978-1-61213-029-3
erotika, xxx, buku dewasa



When literature student Anastasia Steele goes to interview young entrepreneur Christian Grey, she encounters a man who is beautiful, brilliant, and intimidating. The unworldly, innocent Ana is startled to realize she wants this man and, despite his enigmatic reserve, finds she is desperate to get close to him. Unable to resist Ana’s quiet beauty, wit, and independent spirit, Grey admits he wants her, too—but on his own terms.

Shocked yet thrilled by Grey’s singular erotic tastes, Ana hesitates. For all the trappings of success—his multinational businesses, his vast wealth, his loving family—Grey is a man tormented by demons and consumed by the need to control. When the couple embarks on a daring, passionately physical affair, Ana discovers Christian Grey’s secrets and explores her own dark desires.

Erotic, amusing, and deeply moving, the Fifty Shades Trilogy is a tale that will obsess you, possess you, and stay with you forever.

This book is intended for mature audiences. (dari Goodreads)

Ini posting pertama saya di Cakrawala Gelinjang. Dan karena posting inilah, Spank Club, cikal bakal Cakrawala Gelinjang bermula....

Oke, mari kita mulai ngobrol. Eh, maksudnya, biarkan saya bercerita tentang kisah saya selama membaca buku ini. Eh, bukan itu maksudnya. Apa, ya? Terserah, deh. Saya juga bingung. Pokoknya, saya mau cerita di sini. Titik. :D

Sebetulnya, saya termasuk sangat terlambat tahu tentang kehebohan buku ini. Mungkin, karena tadinya, teman-teman saya di Goodreads orangnya lurus-lurus, jadi, keberadaan buku ini sama sekali tidak ada di Home/Newsfeed Goodreads. Sampai akhirnya, saya berteman dengan beberapa penggemar buku kacrut, erotis, apa pun itu namanya dan mulai menemukan review buku ini dengan begitu hebohnya. Bahkan, ada review salah satu kontak saya di Goodreads yang diserang beberapa pembaca lain (orang luar, sih), karena ketidaksukaannya sama buku ini.

Jujurly, saya belum pernah baca buku bergenre seperti ini. Erotis, xxx, apa pun itu sebutannya. Jadi, ini buku pertama yang saya baca. Udah gitu, ada unsur BDSM pula! Di awal sebelum saya keidean buat baca buku ini, saya gugling dulu buat cari tahu tentang BDSM. Huwow! Seyeeem! Kok, pake diiket gitu? Kok, ada cambuk-cambuk begitu? Apakah... mereka bercinta pake acara dicambuk? Issh... Rasanya kok saya pernah, ya, nonton film, err.. bukan nonton, sih, lihat sekilas entah di tv mana, dan entah kapan juga itu, kayaknya saya masih kuliah, deh... Di situ ada orang lagi bercinta *kalo sebutannya begitu*, tapi perempuannya diikat di tempat tidur, mata ditutup dan dicambuki. Katanya, makin si perempuan mengerang, si pria makin terangsang. DOH!

Kesimpulan awal setelah saya baca FSOG, perempuan yang di film yang saya lihat secara nggak sengaja itu yang disebut sebagai Submissive, sementara si pria yang disebut Dominant. Harap dicatat, saya sama sekali nggak nonton bener film itu dan saya bahkan nggak tahu itu film ceritanya apa. Apalagi ingat judulnya. Boro-boro. Hahaha...

Lalu, saya teringat lagi, ketika membaca salah satu review FSOG di Goodreads, ada yang bilang, bahwa BDSM itu sebetulnya titik beratnya adalah pada masalah percaya. Percaya nggak si Submissive ini pada Sang Dominant. Percaya apa? Saya juga nggak tahu. Percaya bahwa Sang Dominant nggak akan menyakiti Si Submissive ketika dia pakai peralatan mengerikan itu? Entahlah. Saya belum cari tahu banyak dan memilih nggak tahu dulu. Karena saya sama sekali nggak tertarik dengan metode bercinta ala BDSM, kok. Serius. Cara yang romantis itu jauh lebih menyenangkan dan menggairahkan, kok. #eh

Lalu, Fifty Shades of Grey ini sebenarnya cerita tentang apa? Cerita tentang gadis clumsy bernama Anastasia Steele, mahasiswi tingkat akhir sebuah perguruan tinggi, yang terpaksa mewawancarai Christian Grey, CEO sebuah perusahaan miliknya sendiri, untuk keperluan majalah kampusnya. Ana ini menggantikan Katherine Kavanagh, sohibnya, temen serumahnya juga, yang lagi kena flu berat jadi nggak mungkin mewawancarai Grey dalam keadaan sakit.

Ternyata, dari ke-clumsy-an Ana ini, bikin Grey suka sama Ana. Dan nggak hanya itu, Grey ini stalk di mana pun Ana berada. Kayak gimana bisa "kebeneran" Grey datang ke tempat kerja Ana, buat beli beberapa barang yang rada aneh aja menurut Ana buat diborong sama Grey. Kayak kabel, kawat, dan lain-lain. Banyak, sih, kebeneran yang lainnya, yang membuat saya super yakin, kalo Grey ini nggak mau terlalu jauh dari Ana. Terus, gimana ceritanya Grey bisa tahu alamat pos Ana, karena dia kirim buku klasik Tess ke rumah tempat Ana tinggal.

Awalnya, Grey bilang dia nggak mungkin jatuh cinta. Tapi lalu, Ana diajak "ngamar". Dan karena Ana emang udah naksir berat sama Grey sejak awal ketemu, jadi mau-mau aja. Lagian dia juga horny lihat si Grey. Eh, tapi... Grey yang tadinya mau memberlakukan cara dia biasa bercinta, kaget sewaktu tahu Ana masih perawan.

Dan berikut-berikutnya... ya begitulah. Sedikit demi sedikit, Ana dikenalin sama cara bercinta ala Grey yang mengarah ke BDSM itu. Oh, ya, satu hal: Grey tidak menyebut berhubungan seks dengan Ana itu sebagai "make love" tapi sebagai "fuck hard".

Dan... kayaknya si Grey ini nggak kenal capek, ya... Setiap lihat Ana gigit bibir, dia pasti horny, walau pun baru aja dia habis "nyampe" setelah gedubrakan sama Ana. Dan lalu... gedubrakan lagi, deh, sama Ana.

Nah, sebetulnya, yang mengganggu di buku ini adalah: dari sejak bab ke sekian, isinya tentang perjanjian dan ketika halaman buku udah mau habis, masih aja bicara soal perjanjian yang belum juga disepakati sama Ana. Sebetulnya banyak sih, adegan annoying di buku ini.


Sebenernya, kalo di bagian "gedubrakan"nya itu, biasa aja, sih, menurut saya. Nggak bikin saya sampai ikutan menggelinjang saat bacanya. Entah saya terlalu lempeng atau saya nggak tertarik membayangkan sentuhan Grey pada Ana? Nggak tahu juga, sih. Pokoknya, ya, kalo penulisnya lalu disebut Mommy Porn, kok, kayaknya masih banyak yang lebih layak dapat sebutan demikian karena adegan seksnya lebih gimanaaaa.... gitu. Hihihi...

Sebenarnya, saya nggak suka sama Grey, awalnya. Karena dia kok, orangnya abusive banget, yak! Ana harus tunduk sama dia. Harus nurut sama apa kata Grey tanpa Ana bisa mengelak. Seakan-akan Ana nggak punya hidupnya sendiri dan bahkan nggak boleh jatuh cinta sama Grey, hanya karena hubungan mereka sebagai Dominant - Submissive. Eh, dan satu lagi, sih. Sebetulnya, perjanjian mereka belum disepakati, lho, kok... bisa-bisanya Ana mau jadi Submissive dan gedubrakan sama Grey ala Grey? Seharusnya, Ana nggak mau! Seharusnya, Ana juga punya hak buat menentukan dia mau apa, kan perjanjian belum ditandatangani? Mereka kan belum sepakat? Kok, bisa, sih? Atau, saking lemahnya Ana, jadi dia pasrah aja? Ish!


Di bagian akhir cerita, entah kenapa... mereka berdua dapat simpati saya. Huh! Saya kan jadi tertarik buat baca buku berikutnya. Udah buka-buka bagian awalnya, sih. Tapi saya simpan aja dulu, deh. Buat dibaca tahun depan aja....

Apa yang saya dapat dari FSOG? Pengetahuan tentang BDSM? Mungkin, sih. Cuma, ternyata katanya, pas ngobrol ama teman, penulisnya sebenernya nggak menggali sangat jauh soal BDSM. Jadi, yah, nggak bisa dibilang akurat juga, yak, pengetahuan yang saya dapat dari BDSM.

Kalo soal gedebuk in lap antara Ana dan Grey... cerita di Twilight Series lebih keren. Well, oke, note to myself, kalo FSOG ini berangkat dari fanfic Twilight Series. Jadi, yah... yang lebih "seru" menurut saya ya ada di Twilight Series kalo soal cinta-cintaannya mah. Lebih seru karena lebih menyebalkan. Hahaha...

Jadi intinya begitu. Sebelum saya baca FSOG dan baca review orang-orang, saya cari tahu dulu apa itu BDSM. Jadi, akhirnya saya tahu, bahwa ada ya, manusia melakukan hubungan intim di luar pakem romantisme karena mereka pakai bantuan alat. Dan akhirnya saya juga tahu, bahwa ada orang-orang masokis yang hobi berhubungan intim dengan cara-cara begitu. Lalu saya memberanikan diri baca FSOG dengan siap-siap linu. Eh, ternyata, yah, ada sih yang bikin linu, cuma ternyata nggak seserem yang saya bayangin.

By the way, saya nemu gambar beginian di Goodreads. Hihihi...


Oke, sekian dan terima kasih. Mohon maaf kalo review saya kurang menggigit, kurang gereget, kurang memuaskan. Saya cuma bingung mau ceplas ceplos di sini... Soalnya jarak antara saya baca buku FSOG dengan nulis review di sini terbilang udah jauh banget... Dan saya udah abis-abisan di Goodreads. Udah kehabisan mau nulis apa lagi di sini soalnya. Kode spoiler yang saya dapet belum bisa diaplikasikan. Huhuhu...



Saya "suka" FSOG karena....   

1. Ternyata, meski udah umur 20 something, Anastasia Steele itu masih virgin! Wow! Suatu prestasi yang teramat sulit buat remaja cewek di Amrik: menjaga keperawanan. Atau Ana nggak laku dipacari? Apa pun itu, menjura, deh! Dia udah hebat bisa jaga keperawanan! Tapi... lalu, kenapa harus hilang keperawanannya sama Christian Grey? Kok mau-maunya? Segitu dahsyatnya kah, magnet yang ada pada Christian Grey, sampai dia suka rela nyerahin sesuatu yang udah dia pertahankan selama dua puluh tahunan? Padahal, sekalian aja, nunggu nikah sama dia. Blah! Bicara apa saya ini? Ini kan bukan novel Gone With The Wind, di mana perempuan Amerika pada masa itu masih jaga keperawanan sampai mereka menikah? #toyor diri sendiri.

2. Bagian mereka saling kirim email itu bikin ceritanya jadi lumayan hidup. Lucu aja, sih. Kebayang, Ana yang baru pertama kali gedebuk in lap segitu rupa ama seorang cowok, jadi suka penasaran ada email atau sms ga dari Christian, meski lagi bete atau ngambeuk. Beneran, deh, bagian ini cukup menghibur saya. Juga isi SMS mereka. Atau telponan mereka.

3. Christian itu sebenernya pemerhati soal isu kelaparan. Meski ga banyak diceritain, tapi, ya, saya suka lah. Berarti dia ada perhatian ama dunia. #apasih

4. Ada Taylor, karyawan Christian yang hebat. Diamnya pun mengademkan hati.

5. Ada Ray! Ayah tiri Ana yang bela-belain dateng buat wisuda Ana!
Ini yang saya nggak suka dari FSOG:   

1. Ana yang pengumpat. Menjura banget, deh, sama yang niat menghitung ada berapa jumlah "holly shit", "holly fuck", "holly crap", nyebut nama lengkap si Kate dengan "Katherine Kavanagh berulang-ulang, dst.

2. Christian yang control freak, stalker. Dia kayaknya punya banyak mata-mata, deh. Tapi wajar, dia kan milyuner. Tinggal bayar orang buat melakukan apa yang dia mau. Cuma sayang aja, sih. Cakepnya katanya flawless. Tapi yah, cowok ganteng banget mah emang gitu, katanya. Kalo nggak dia brengsek, dia gay. Atau dia bodoh. Untuk Christian, berarti dia brengsek. Soalnya ga bodoh atau ga gay. Hahaha... Ups! Jangan bilang-bilang ama Christian, ya. Ntar dia mencambuk saya. Haesssh.. siapa sayaaa... jadi submissivenya juga ga mauuuuuu... meski dia bisa beliin saya Mac Book Pro sekontainer juga, saya ga maooooo....

3. Ana nggak ngerasa sakit gitu, pas kehilangan virginitasnya? Segitu jagoannya kah, Christian Grey, sampe si Ana nggak ngerasa sakit sama sekali? Tapi, kan....

4. Bercinta pake apa itu? Vagina balls? Ish... Eh, bukan bercinta, kan, itu, si Grey nyebutnya. Fuck hard. Iuuuh. Dan bercinta pas si Ana lagi bleeding karena datang bulan. Halooo... darah haid itu kan berpotensi nyebarin penyakit. Gimana, ih, si Grey teh... Sempet nyaris banting ebook reader. Tapi, kan, ebook readerku nggak salah. Mahal pula! *elus-elus iRiver*.

Jadi, akhirnya mengumpat aja. Tengah malem. Beneran melek, loh, pas baca bagian itu setelah asalnya nyaris tertidur. Melek bukan karena terangsang! Melek karena marah!

5. Grey yang mudah terangsang kalo lihat Ana gigit bibir. Dan bisa "fuck hard" si Ana di mana aja, walau pun itu di eskalator, asal liyat Ana lagi gigit bibir. *eyeroll*

6. Grey yang mudah marah kalo lihat Ana mutar bola matanya karena ngerasa aneh. Lalu menghukum Ana.

7. Grey yang nyembunyiin satu-satunya panties Ana pas ada acara dinner ama orangtua Grey. Jadi Ana ga pake panties selama acara itu dan sempet-sempetnya ber**** di salah satu ruangan dalam waktu yang mepet.

8. Katanya, Ana disediain segala perlengkapan baju baru sama Christian Grey. Disuruh ke salon yang udah ditunjuk. Dipertemukan oleh obgyn khusus. Tapi nggak disediain sikat gigi baru, jadi Ana pake sikat gigi punya Christian. Kaya raya, bisa beliin Mac Book Pro, Audi, Blackberry, baju selemari, tapi ga bisa beliin sikat gigi baru? INI BARU BERITA!

9. Kenapa Ana harus punya dua kepribadian lain? Subconcious ama Inner Goddes. Oke, yang satu genit yang satu pemalu. Tapi kenapa nggak jadi Anastasia Steele aja? Agak keganggu sih, ama si Subconcious atau Inner Goddes ini. Gimana, ya, cara Ana ngeliat keduanya?

10. BDSM-nya sih, di sini sebetulnya ga seseram yang saya baca atau lihat gambarnya di beberapa sumber. Di sini, Ana diiket. Pertama kalinya diiket pake dasi, ditutup matanya pake kaosnya sendiri. Berikut-berikutnya, pas udah di Red Pain Room, Ana mulai diborgol. Cuma yang ngeri pas udah mulai pake alat yang katanya bakalan ngeluarin darah dari kulit Ana, meski ga sakit *katanya* *tapi saya tetep meriang bacanya*, dengan tujuan Ana jadi lebih sensitif sama sentuhan.

So, yang saya pernah baca di review entah siapa, sebetulnya BDSM itu masalah kepercayaan. Jadi, siapa pun yang jadi Dominant nggak boleh menyakiti Submissive. Sayang, ilang linknya. Nanti lah kalo nemu, saya taruh di sini linknya.

11. Sampe selesai baca bukunya, perjanjian itu tetep nggak ditandatangani sama Ana. Tapi, kok, dia udah mau berada di Red Pain Room sebelum ditandatangani, ya? Ah... Ana labil...

Nah, bagi saya... bercinta itu buat bersenang-senang. Bisa saling menyentuh. Disentuh dan menyentuh. Dan menurut saya, tangan diikat, mata ditutup selama digerayangi dan disetubuhi itu sama sekali nggak seksi. Paling benci pas bagian Christian bilang, "keep still, Anastasia", setiap Ana nggak bisa diam pas digerayangin. Lah, orang si Ana menikmati apa yang Christian lakukan, masa ga boleh menggelinjang. Gimana, sih! *injak-injak Christian Grey*

Saya ngebayangin, Christian Grey berbahasa Inggris doang, dan Anastasia Steele berbahasa Inggris, Indonesia tapi bisa mengumpat dalam Basa Sunda.

Christian Grey: "Are you rolling your eyes, Miss Steele?"

Anastasia Steele (murmur): "Mau tau beneran atau mau tau aja?"

Christian Grey: "What did you say?"

Anastasia Steele: "Nothing. Nggak ada. I didn't roll my eyes on you, Sir. Lu aja berhalusinasi."

Christian Grey: "What? I saw you rolling your eyes at me, Anastasia."

Anastasia Steele: "Nggak, kok, cyyyn. No, I didn't, Sir."

Christian Grey: "Yes, you did. Now turn around, I will spank you now."

Anastasia Steele: "Terus, gue harus koprol sambil bilang wow gitu?" *kali ini, Ana beneran muter matanya*

Christian Grey: "Count, Anastasia! Count! You count!"

#ctarr #1

Anastasia Steele: "Kehed siah!"

Christian Grey: "What?"

Anastasia Steele: "Means one, Sir!"

#ctarr #2

Anastasia Steele: "Geuleuh siah maneh!"

Christian Grey: "Count!"

Anastasia Steele: "I count, Sir! Its two!"

#ctarr #3

Anastasia Steele: "Anjir! Nyeri! Gebleg! Nanaonan maneeeh!"

Anastasia Steele: "Three, Sir! Sundanese!"

#ctarr #4

Anastasia Steele: "Koplok siah! Aing mbung deui sare jeung maneh!"

Christian Grey: "Don't count in Sundanese! I don't understand!"

Anastasia Steele: "Four!"

lalu, karena Christian Grey gusar, masa sih, "empat" dalam bahasa Sunda udah segitu panjangnya, gimana sepuluh? Akhirnya, Christian menghentikan pukulannya, karena dia udah cape duluan ngedengerin cara Anastasia berhitung.

Eh, tapi...

sebenernya saya nggak berminat meneruskan baca buku keduanya, kalo nggak karena endingnya yang justru bikin saya penasaran ama kelanjutan kisah Anastasia Steele ama Christian Grey.

Jadi, ya semoga buku kedua nggak mengecewakan banget, deh. Heuheu.

Saya... kasih 2 aja, ya... Buat covernya yang "mengundang". Buat email-emailannya. Buat endingnya yang mengundang saya buat baca buku kedua. Ihik. Ya, saya akui saya tergoda buat baca buku keduanya, karena ending Fifty Shades of Grey ini.

Eh, iya. Ini penting banget!

Buat yang belum nikah, terus menganggap buku ini sebagai pelajaran seks atau edukasi pra nikah, YOU GOT IT WRONG!

Carilah buku pelajaran seks yang lebih manusiawi. Novel ini sama sekali bukan acuan belajar seks.

*teringat thread di suatu jejaring sosial, ada yang bilang, jadi belajar tentang seks lewat buku ini, sebagai pemula.* GUBRAAAK!

Sekali lagi saya ingatkan, carilah buku pelajaran seks yang lebih edukatif. Bukan ala BDSM macam gini. Buat saya ini mah ga ada seksinya sama sekali. Nggak tahu, ya, kalo ada yang doyan bercinta sambil diiket mah. Da saya mah ga doyan :P

Saturday, December 14, 2013

Fifty Shades of Grey : Cerita Santai di Tengah Hutan

Data Buku:
Judul : Fifty Shades Of Grey
Penulis : EL James
Tanggal terbit : 26 May 2011
Penerbit : Vintage
ISBN : 1612130291

"It's an absurd review about an absurd book written by an even more absurd reviewer. So if you find many garing and rolling eyes moments, it is intended. Anyway...proceed at your own risk."
"I like to move it move it. I like to move  it move it...
She likes to move it..."


Nyanyian riang di siang terik itu memecah kesunyian hutan.
Tampak sebentuk kuda nil bernama Hippi sedang berenang dengan bahagianya di kolam lumpur.

"Hippi, loe ngapain berendem gitu? Belom siap juga?" Ujug-ujug aja, tiga sosok sudah berdiri di pinggir kolam, mengganggu keasikan kuda nil tersebut.

Dengan enggan, dia bangkit dari kolam lumpurnya. "Iya bentar. Gw siap-siap dulu. Kalian nyante dulu lah, terserah ngapain aja. Makan batu kek. Macul kek. Suke-suke aje ye." Hippi meninggalkan ketiga makhluk tersebut. Sesungguhnya, mereka ber-4 emang janjian mau main ke twitterland. Cuma aja dia keasikan berendem tadi.

Oh sebelum lanjut, mending kenalan dulu ama 3 teman Hippi.
Yang pertama namanya Puss in boots. Sesuai namanya, dia adalah kucing yang hobinya pake sepatu boot, berbulu coklat oranye.
Yang kedua adalah Bangau. Warna bulunya putih seperti vanilla, suka pakai tutup kepala semacam kerudung.
Dan yang terakhir, adalah sesosok makhluk bundar yang colourfull, punya tangan dan kaki yang bisa dilipat masuk macam kura-kura. Dia biasa dipanggil Bola Pantai.

Bola Pantai mulai gelundungan ke sekitar kolam Hippi dan tanpa sengaja menemukan buku bergambar dasi di depannya berwarna abu-abu. "Eh si Hippi juga dapat kiriman nih buku dari Grey toh," infonya kepada yang lain sambil mengacungkan buku tersebut.

"Setau gw emang semua dapat kok tuh buku. Kan Christian bagi-bagi gratis waktu launching."

Yang dimaksud adalah Christian Grey, tetangga di hutan sebelah yang namanya ngehits akhir-akhir ini. Semua karena (mantan) pacarnya Christian, Anastasia, menerbitkan buku tentang cerita mereka.

"Spadaaaaa..." Seekor burung berkostum pilot sudah berdiri di pinggir kolam. Itu sahabat mereka juga, si Birdy Pilot. (Agak susah jelasin kostum Pilot. Coba liat avatarnya Perdani. Yah that's pretty much the same)

"Oh...kalian semua di sini toh." Birdy mengulurkan 4 undangan ke mereka, termasuk ke Hippi yang udah balik ke pinggir kolam. "Nih kalian dapat undangan ke kondangannya si Grey sama Ana."

Puss, Bangau, Bola Pantai dan Hippi membaca undangan tersebut. Undangan berwarna abu-abu bergambar topeng karnaval di depannya. Dan mempunyai ketebalan sekitar 300 halaman.

"Ini undangan ato daftar dosa sih? Tebel amat."

"Plis deh Hippi. Gak semua orang punya dosa setebel loe. Itu undangan lah. Tapi untuk nemu detail acara kayak venue dan tanggal, emang bukunya kudu dibaca sih. Tersirat di situ soalnya," jelas Birdy.

"Hmm...makin eksis aja tuh 2 orang. Ini kayaknya launching buku kedua sekalian kondangan deh." Bangau berkomentar sambil skimming undangan tebel itu.

"Waow..." Puss bersiul takjub. "Bakal gede-gedean nih kondangannya.Lebih gede dari kondangan si Edward kemarin."

"Edward sopo?" tanya Birdy clueless.

"Ih masa lupa. Edward anaknya Mang Carlisle dan Ceu Esme yang tinggal di hutan sebelah." Hippi berusaha membangkitkan ingatan Birdy.

"Itu lhooo...Edward yang kemaren nelen lampu disko." Bola Pantai bantu kasi tambahan informasi.

"Oo...Edward yang bodinya blingbling itu? Yang kemarin jualan combro di pasar Rebo?" Akhirnya Birdy nyambung juga. "Lalu apa hubungannya Edward sama Grey?"

"Ya kan kemaren rame gegara dibilang ini cerita Grey-Ana mirip sama Edward-Bella gitu deh. Lokasinya sih sama-sama di hutan Washington."

"Emang ceritanya kayak apa sih? Gw belum baca." Birdy bertanya sambil mulai ngemil cacing tanah favoritnya.

"Simpel aja sih," Puss memulai penjelasan. "Critanya si Ana diminta gantiin temennya buat wawancarain si Grey untuk profil majalah kampus."

"Kenapa Grey yang dipilih ya?" Birdy memotong. "Eh btw gak ada yang mo cacing nih?"

Tawaran baik hati itu ditolak. Dan Puss pun melanjutkan penjelasannya."Soalnya Grey itu kan bilyuner muda, ganteng pula. Nah dari awal ketemu, menurut Ana sih kayak ada arus listrik gitu di antara mereka. Ana udah mupeng ama si Grey. Eh belakangan ketahuan si Grey juga sama pengennya. Tapi Grey masih sok nolak Ana sih."

"Hah? kenapa gitu?" Birdy mengerutkan keningnya.

"Karena Grey tipe orang yang tortured dengan pribadi kompleks. Termasuk diantaranya tuh kedemenan dia sama BDSM, utamanya sih di peran Dominant-Submissive. Nah menurut Grey, si Ana yang masih lugu itu gak cocok. Tapi yah berhubung Ana-nya pasif agresif dan Grey juga nepsong abis ke Ana, akhirnya lanjut deh." Gantian Bola Pantai yang kasi penjelasan.

"Dan Ana mau? Dia mau jadi sub-nya Grey?" Birdy tampak susah percaya.

"Rada gak redho juga sih dia sebenernya. Tapi yah gitu deh. Dia plin plan. Pengen tapi takut. Tapi gak langsung juga. Grey bilang buat jadi sub-nya, Ana kudu tanda tangan kontrak dulu yang ngatur gimana hubungan mereka." Kali ini Bangau yang bersuara.

"Aaarrgghh...itu kontrak nyebelin amat ya. Sableng itu si Grey, semuanya mau diatur. Berapa jam Ana kudu tidur, berapa jam dia olahraga, makannya apa aja ampe baju dan nyalon-nya Ana juga diatur. Control freak!" Bola Pantai sewot kala teringat kontrak ajaib itu.

"Segitu resenya tuh kontrak? Dan Ana mau tanda tangan? Eh...eh...jadi dari pertama mereka ML, udah maen pecut sama ikat gitu?" Birdy masih tampak susah percaya.

"Kontraknya emang rese, tapi ampe terakhir gw baca sih Ana belum resmi tanda tangan kontrak, meski udah bilang mau. Dan waktu pertama "nujes"...O iya namanya bukan ML menurut Grey. Itu namanya "nujes" doang... Jadi waktu pertama itu, mereka lakuinnya vanilla "nujes" doang karena si Ana kan belum pengalaman. Kamsudnya bikin si Ana ngerasain "ditujes" tuh kayak apa." Hippi menjelaskan dengan sabar.

Bangau mengambil giliran,"Setelah Ana tau rasanya kayak apa dan jadi doyan, maka pembicaraan tentang tuh kontrak berlanjut. Ya inti cerita sih sebenernya gitu. Tapi masih dipanjangin lah dengan ragu-ragunya Ana, dengan percobaan waktu diiket ato pake pecutan gitu, dengan..."

"Gw gak suka tuh karakter Christian," potong Bangau dengan esmosi. "Ya emang sih jadi orang tajir melintir kayak dia ada enaknya. Gampang aja kasi mobil Audi ke ceweknya, ato laptop baru cuma dengan alasan because-i-can-nya itu. Tapi dia beneran control freak. Semuaaaa mau diatur. Masak si Ana mo minum Coke aja gak boleh. Kudu wine karena wine cocok dengan makanan pesenannya. Cih...situ kira situ sape?"

"Iya!" Gantian Puss yang esmosi. "Yang juga ngeselin lagi, si Ana gak boleh gigit bibir depan dia, karena dia langsung jadi pengen "nujes" Ana. Kalo gw jadi Ana sih sebodo amat deh gw gigit tuh bibir ampe jontor. Depan umum juga bodo. Kalo ampe Christian nekat mo "nujes" depan umum sih ya biarin aja. Paling digrebek sama ormas yang membernya jenggotan ntu."
Puss tarik napas sebentar sebelum kembali melanjutkan ocehannya,"Trus...Ana juga gak boleh roll her eyes depan dia karena dia langsung pengen slap Ana. Ada masalah apa sih si Christian sama mata? Apa dia pernah liat orang rolleyes ampe matanya jadi copot makanya dia jadi freak gitu? Ato dia pernah nembak cewe dan itu cewe nolak dia cuma dengan rolleyes doang?" Puss tarik napas lagi. "Dan Christian punya 1 kebiasaan paling ngeselin, yaitu..."

"COCK HIS HEAD TO ONE SIDE!" ketiga temannya kompak teriak dan nyengir kuda bareng. Semua sepakat, kebiasaan itu emang gengges.

"Tapi gw sih lebih kesel sama Ana ya," ganti Bola Pantai yang berbicara. "Ya okelah hari gini masih ada cewe kuliahan yang pinter, lugu juga virgin. Ya oke jugalah kalo Ana itu gaptek ampe email pun gak punya. Tapi yang ngeganggu gw, gimana bisa cewe yang katanya pinter gak ngerti apa yang dia mau? Awalnya dia bilang cuma mau "more" kayak coklat, bunga, ato apalah. Dan Christian udah bilang oke.
Lah di page 300an dia baru ngeh kalo dia "need Christian Grey to love her". Kenapa oh kenapaaaa dia baru tahu apa yang dia butuhkan pas terakhir sih?
Kalo dia nyadar dari awal kan semuanya bisa cepat jelas dan gw gak perlu tersiksa baca curhatan dia. Aaarrgghhhhh...!!!" Bola Pantai pengen narik-narik rambutnya sebelum nyadar kalo dia gak punya rambut dan akhirnya ganti nyemilin rumput. (Ya emang perbandingan yang jauh sih, tapi ya sudahlah. Cerita aing mah kumaha aing.)

"Curhat?" Tetap saja, Birdy yang mengajukan kalimat tanya dalam conversation ini.

"Ya dasarnya itu buku emang curhatan Ana doang sih. And not well written, me think."

"Setuju!" Puss meng-amini pendapat Bangau. "Gw terganggu dengan banyaknya repetitif di situ. Scalps prickles, heart leaps into mouth, pants hang off his hips, ana's flawless skin, how beautifull christian is. Panjang lah kalo mo diterusin."

"Ah tapi loe lupa nyebutin holly dan crap. Bosen gw baca si Ana doyan banget ngomong itu 2 kata. Dari holly god ampe holly cow semua ada. Dan itu crap, ya owooohhh dari crap ampe triple crap juga disebut. Padahal apa enaknya sih triple crap. Enakan juga threes..." Ocehan Hippi terhenti waktu dia ngeh ke-4 temannya menatap ke arahnya dengan ekspresi "idih-banget-sih-loe".

"Kalian belum bahas inner goddess dan subconcious," Bola Pantai roll its eyes. "Kalo orang lain didampingi angel-devil, maka Ana punya inner goddess dan subconcious.
Dan yang gengges adalah, 2 makhluk itu gak bisa diem. Gw jenuh baca si inner goddes ngumpet di bawah kursi, subconcious ketok kaki ke lantai. Bentar ada yang nari cheerleader, ada yang geal geol. Aaarrgghh...capek deh gw. Gw kan tipe visual, semua tindakan tokoh yang gw baca kudu gw bayangin dulu. Kalo ada yang hiperaktif kayak gitu, ya gw pegel ndiri bayanginnya."

"Kapasitas otak loe emang mentok sih. Gitu aja dibayangin ampe cape," Hippi mencela dengan cueknya, gak peduli dengan ekspresi siap keplak yang dipasang Bola Pantai.

"Trus gaya ceritanya boriiingg banget. Lambaaaattt banget. Gila...gw berapa kali ketiduran pas baca ini buku. Mereka ngomong biasa, gw ketiduran. Mereka dinner, gw ketiduran. Bahkan mereka "tujes-tujesan" yang katanya heboh itu juga tetep aja gw ketiduran! Imagine that." Bangau masih takjub kalo ingat bisa-bisanya ada buku segini boring jadi nge-hits abis.

"Dan gw bosan dengan ide standar kayak gini. Orang tajir ngajak cewe naik helikopter? Ih udah pernah sama F4. Kalo emang tajir, mbok ya ajak ke Jupiter gitu kek, pake roket pribadi.
Trus juga ketemuan gak sengaja gara-gara interview. Bah! Bikin kek yang lain. Ketemuan waktu ceweknya lagi terjun bebas dari pesawat kek. Ketemuan waktu cowoknya lagi naik delman dan duduk di atas pak kusir kek. Ato apalah. Pokoknya jangan bikin crita dimana mestinya si A yang datang tapi diganti B dan akhirnya B ketemu C. Sooo basi!" Yup..curhat nyinyir itu dari siapa lagi kalo bukan dari Bola Pantai.

"Ah loe mah ngiri aja. Bilang aja loe masih sewot kemarin wawancara kerja loe gagal. Boro-boro ketemu cowo tajir. Kerjaan aja gak dapet." Bangau cuek ngenye Bola Pantai.

"Yah itu juga sih," aku Bola Pantai sambil gigit bibir dan miringin kepala ke 1 sisi.

"Tapi gw gak ngerti. Kenapa bisa loe gak dapat tuh kerjaan? Maksud gw, ada segitu banyak pantai di dunia, masak sih gak ada satu pun yang butuh bola? Apalagi bola pantai kayak elo," tanya Birdy penasaran.

"Kata sapa gw daftar kerjaan jadi bola pante? Cih sori! Biar kata bola juga, gw punya harga diri. Gak sudi gw ditendang sama anak kecil hiperaktif di pante. Gw cuma mau ditendang sama pemain bola ganteng tauuu!" Bola Pantai masih sewot, masih gigit bibir.

"Lah abis loe ngelamar kerjaan jadi apa?" Kali ini Puss yang penasaran.

"Model bikini."

Semua terpana.

"Bola, loe adalah bukti nyata betapa fatalnya efek kurang asi untuk kecerdasan otak." Pernyataan Hippi itu diamini oleh 3 yang lain.

"Eh..eh...jadi kalian mau datang kondangannya gak?" Birdy mengajukan pertanyaan demi mencegah perang yang tampaknya akan segera pecah antara Bola Pantai dan Hippi. Soalnya Bola udah mulai angkat-angkat batu, sementara Hippi keluarin jarum.

"Entahlah...gw mo ke Istana Kristal dulu," gumam Hippi.

"Gw kayaknya kudu puasa yang bener abis baca ginian. Berasa udah mendzolimi otak aja."
Pernyataan Bangau mendapat persetujuan dari dua yang lain.

"Kumaha engke aja lah," gumam mereka.

"Gw denger sih bakal dijadiin film nih. Kalo filmnya udah keluar, kalian mo nonton?" Dan masih juga, Birdy yang mengajukan pertanyaan.

"Hmm...yang main siapa ya? Itu penting banget!" Bangau dan Bola Pantai kompak nanya. Sementara Hippi memutuskan kembali berendam lumpur karena kegerahan.

Info gini pastilah Puss yang paling update. Maka secara sukarela, dia yang menjawab pertanyaan itu. "Entah. Masih belum jelas sih. Banyak yang digosipin mau. Gw sih ngarepnya si Pattinson aja. U know, biar gw sekalian gak nonton."

"Menurut gw sih, kudunya mah gw yang jadi si Grey," Hippi nyamber komen sambil ngesot dari kolam lumpur.

"Heu? Elo?" Ke-4 temannya menatap skeptis.

"Ya loe pikir dong, namanya aja udah 50 bayangan abu-abu, si Christian Grey. Grey gitu lho. Abu-abu!" jelas Hippi dengan berapi-api. Dia ingin meyakinkan kalau ketiga temannya mudeng bahwa grey itu artinya yaa...abu-abu.

"Terus?" tanya Bola Pantai.

Hippo melirik gegetun pada Bola Pantai. "Masak elo gak liat kalo warna gw abu-abu? Itu si Christian cuma bayangannya yang abu-abu. Lah gw...sebadan-badan ini abu-abu semua. Lebih cocok gw bukan?"

"Ooo...." koor keempat temannya kompak.
Mereka berempat gak ada yang tega kasi tau Hippi bahwa bukan itu maksudnya 50 shades of grey.

"Lagian di kategori lain juga gw cocok. Si Christian sikpek, gw malah delapan pek. Si Christian seksi, apalagi gw." Dan untuk membuktikan keseksiannya, Hippi mulai goyang afro circus nya yang femes itu.


Ada hening yang tercipta...

Empat sahabat itu terdiam, berusaha memasukkan image Hippi sebagai Christian Grey sambil menontonnya joget afro.

Image and video hosting by TinyPic

Mungkin udara yang panas memang bisa merusak otak atau mungkin juga goyangan Hippi emang segitu seksinya, pokoknya Puss, Bangau, Birdy dan Bola Pantai mulai bisa membayangkan Hippi sebagai Christian.


Meskipun...

"Euh...maap aja ya, Hippi. Gw rasa ada 1 hal yang bikin loe kurang masuk ke imej si Christian." Seperti biasa, Bola Pantai yang doyan protes kembali bersuara.

"Apaan?" tanya Hippi yang rada keki karena tariannya terganggu.

"Ituuu....si Christian kan demen maen pecut yaa. Ya agak susah aja ngebayangin loe yang baek hati, rajin dan suka menabung ini demen maen pecut juga."

"Tah etaaa..." teriak Hippi sambil menepukkan kedua tangannya yang penuh lumpur dengan bersemangat. Saking semangatnya, Hippi gak nyadar kalo percikan lumpurnya menciprati wajah bangau yang duduk di sebelahnya. "Itulah bedanya gua sama si Christian. Kalo dia suka maen pecut, nah gw..."

"Loe suka maen hulahup?" tanya Puss dengan jail.

"Bukan. Jangan potong gw deh," Hippi melirik ganas pada si Puss. "Kalo si Christian suka memecut, nah gw suka dipec..."

Senyap...

Ucapan Hippi terputus ampe disitu. Dia sadar kalo dia hampir saja kelepasan mengakui hobinya. Untung dia gak kelepasan ngaku hobinya yang lain yaitu nari tiang.

Kembali, ada hening yang tercipta.

Namun kali ini hening itu berbahasa.

DISCLAIMER:
This is a work of fiction. If you found any similarity between one of the characters and yourself or someone that you know, than it's a..uhmmm...yaahh...derita loe itu sih!
Kenapa juga kudu nyadar sih? #Eaaaaa #GelundunganAmpeAmbon

PS 1:
Editan review ini diposting teriring group hug untuk klub 50 United dan salam keplak untuk Pak Presiden yang bilang repiu pertama gw gak sah. Naon maksudnya? Masih sama boringnya kok!

PS 2:
Juga terkirim permohonan maaf saya untuk siapa pun penemu kata "tujes". Sorry if I give bad meaning to that word

A Lady's Pleasure : Legenda Lilin Ungu

Judul Buku : A Lady's Pleasure
Penulis : Renee Bernard
Halaman : 367
Penerbit : Gagas Media

Saya sebenarnya bukan penggemar novel Historical Romance. Tapi sejak buku yang diberi julukan "Lilin Ungu" ini ramai dibicarakan sebagai "buku kipas" di timeline twitter, saya jadi penasaran. Terima kasih untuk mbak @asdewi yang sudah meminjamkannya :)
Merriam Everett, seorang wanita pemalu dan penurut, tidak menolak ketika ayahnya menjodohkannya dengan seorang bangsawan. Namun, sampai suaminya meninggal dunia Merriam tidak pernah merasakan pernikahan yang sesungguhnya. Dia hanya ditemui oleh suaminya dua kali dalam setahun. Ketika Merriam menjadi janda, dia bahkan dijuluki si janda pucat oleh Julian Clay, Earl of Westleigh. Merriam sakit hati mendengar julukan itu dan dia berniat membalas dendam. Dia akan membuat Julian tergila-gila padanya dan Merriam akan meninggalkanya segera. Rencana mulai disusun, dan di pesta topeng Lord Milbank adalah tempat yang tepat bagi Merriam melancarkan aksi balas dendamnya. Dia mau tampil sebagai kucing, bukan lagi sebagai tikus.
Sayangnya, Merriam salah sasaran. Dia justru menggoda Drake Sotherton, Duke of Sussex. Hubungan intim yang singkat pada malam pesta topeng itu justru membuat keduanya saling tertarik. Drake pun meminta Merriam untuk menjadi kekasihnya selama musim perjodohan, dengan janji akan memberikan kepuasan penuh bagi Merriam selama semusim itu. Keinginan Drake menjadikan Merriam sebagai kekasihnya bukan semata-mata karena ketertarikan fisik saja, tapi ada niat lain di belakangnya. Drake berpikir bahwa Merriam adalah kaki tangan Julian Clay, orang yang membunuh istrinya.
Delapan tahun yang lalu, Lily, istri Drake ditemukan tewas di rumahnya. Saat itu Julian ada bersama istrinya. Drake sebenarnya tahu akan perselingkuhan Julian dan Lily, bahwa Julian selalu merebut apapun miliknya termasuk istrinya sendiri. Di pihak lain, Julian menganggap Drake mengirimkan seseorang untuk membunuh Lily agar tidak bisa dimiliki oleh Julian. Ketika Merriam hadir dalam kehidupan Drake, persoalan masa lalu itu kembali muncul di permukaan.
Saya tidak tahu apa yang membuat buku ini menjadi Romantic Times Award Winner of  'Best First Historical Romance' (2006). Mungkin karena banjir adegan kipas kali ya antara Drake dan Merriam. Adegan kipasnya sejak halaman awal lho... Sayangnya, dialog antara Drake dan Merriam sendiri tidak terbangun dengan baik, malah nyaris membosankan dan membingungkan. Sampai akhir cerita (dengan twist di bagian akhir) saya tidak menemukan gregetnya konflik antara Drake, Julian dan Merriam.
Trus... saya kok menangkap ada kesan jablay pada tokoh Merriam. Demi memuaskan rasa ingin tahunya terhadap gairah dan hasrat yang dirasakannya terhadap Drake, dia sampai "menyerahkan" dirinya pada Drake. Bahkan Merriam sampai mimpi threesome dengan Julian dan Drake :D.   Walaupun pada akhirnya Merriam berhasil mengubah image tikus yang melekat padanya menjadi kucing. Tapi rata-rata cerita romance memang berawal dari ketertarikan fisik untuk kemudian berubah menjadi cinta sejati.
So far... saya mau ngasih bintang dua untuk ceritanya. Tapi karena sampulnya bagus dan warna ungu-nya eye catching, saya tambahkan satu bintang lagi deh... :)

Friday, December 13, 2013

Welcome to.. Cakrawala Gelinjang




Welcome to Cakrawala Gelinjang!!

Jika kamu mendapati blog ini, entah by accident atau by promotion, dan berpikir apa itu "cakrawala gelinjang"? Sebelumnya, kami mengucapkan terimakasih karena sudah berkunjung ke blog kami yang masih seumur jagung (alias masih baru dibikin kemaren). Jadi, mohon maaf jika isinya belum banyak, dan hanya berisi review - review buku yang sudah dibaca oleh kami.

Siapa kami ini?

Kami menamakan diri kami dengan kata "Spank Club". Terdiri dari Aki Erie "Hippo" SF, A.S. Dewi, Peni Astiti, Ren Puspita, Tezar AY, Alvina Ayuningtyas, Pauline Destinugrainy, Susi "Ibutio" D, dan Putri Utama.

Apa? Kayaknya nama - nama di atas familiar?

Yap, hampir semuanya (kecuali Aki Hippo) adalah member Blogger Buku Indonesia :D. Jadi kami semua adalah blogger. Kami semua membentuk "Spank Club" awalnya dari guyonan ngalor ngidul, yang lalu menemukan persamaan kami semua yaitu... pembaca buku seksi! Di tahun 2012, terbentuklah aliansi paling keren dan mengguncang dunia perblog-an (oke ini lebay :D) yaitu #FiftyUnited. Berawal dari Ren yang tidak mau baca Fifty Shades of Grey sendirian, dan akhirnya memanggil teman - temannya di Twitter untuk menemani membaca. Tak disangka, aliansi ini berlanjut di grup WA, dimana awalnya hanya ada Aki Hippo, Teh Peni, Mbak Dewi, dan Ren, yang lalu berkembang menjadi 10 orang seperti sekarang :D

Nama kami awalnya juga bukan Spank Club, kami sempat menamakan diri dengan "Grup Pecinta Kipas", mengingat kami doyan membaca buku - buku yang seksi - seksi, ooooh bikin menggelinjang #plak X)). Dan kami punya kebiasaan yang unik yaitu menge-spank anggota yang typo saat mengetik di WA. Karena inilah, nama Spank Club pun terbentuk

Lalu, di hari yang bersejarah itu, di tanggal 8 Desember 2013, Spank Club mulai menunjukkan hegemoninya, dengan membuat booth di Indonesian Reader Festival, dengan nama Cakrawala Gelinjang!! Sempat khawatir tidak diijinkan oleh panitia, karena konten booth kami yang cukup 18 ples ples, lega rasanya kami bisa unjuk spank! Booth berjalan cukup lancar, tapi kami masih belum puas juga.

Akhirnya, di tanggal 13 Desember 2013 ini, dengan usulan dari Teh Peni,  kami membuat blog Cakrawala Gelinjang. Berisi apa saja yang berhubungan dengan buku sexy, kipas - kipas nan erotis. Namun tetap smart! Jangan asumsikan konten blog kami dengan pornografi. Karena apa yang kami posting disini, semuanya hanya untuk fun. Beberapa anggota kami, yaitu Ren, Putri, Dewi, Desty dan Butio adalah pembaca buku erotica juga, dan we are not try to act slutty  ;)

Cakrawala Gelinjang akan berisi review - review tentang buku sexy, mengupas kaver buku seksi, memposting hal - hal yang seksi, namun bikin ketawa, dan masih banyak lagi .

Cakrawala Gelinjang
Mengguncang iman, membuka cakrawala

Spank Club

Thursday, December 12, 2013

The Rocker That Holds Me : Makanya...kalo suka itu ngomong dong...

Data Buku :
Judul : The Rocker That Holds Me
Penulis : Terri Anne Browning
Format : Kindle ebook
Rating : 3,5 out of 5 stars

Emmie dibesarkan di trailer park bersama ibu yang abuser. Sewaktu kecil, kalo dia butuh melarikan diri dari sang ibu (biasanya setiap habis dipukuli), Em akan lari ke trailer milik keluarganya Nik atau Jesse atau Shane dan Drake. Keempat rocker remaja yang berusia 10 tahun lebih tua ini telah menjadi pelindung Em sejak dia berusia 5 tahun.

Ketika Em berumur 16 tahun, ibunya meninggal. Saat itu Nik, Jesse, Shane dan Drake telah membentuk sebuah grup rock sukses bernama Demon's Wings.
Em pun diajak oleh keempat kakak angkatnya untuk ikut serta dalam tur keliling dunia mereka.

Lima tahun telah berlalu. Demon's Wings makin akrab dan femes. Emmie telah menjadi semacam manajer bagi band itu : mempersiapkan semua kebutuhan mereka, mengatur jadwal wawancara bahkan berurusan dengan para one-night-stand yang sering ngarep jadi many-nights-stand (istilah apa sih ini?).Anggota Demon's Wings sudah menganggap Emmie seperti adik mereka dan Emmie menganggap mereka kakak-nya. Kecuali untuk 1 orang.

Yep...ada 1 anggota yang diam-diam dicintai Emmie. Namun dia memilih untuk menyembunyikan perasaannya.
Hingga suatu saat Emmie sakit lumayan berat, yang memaksanya harus ke dokter. Dan sewaktu dokter memberi tahu penyebab sakitnya, Emmie sadar dia gak punya waktu lama untuk terus menyembunyikan perasaannya.

Buku ini tipis banget, cuma 99 halaman (masih bisa disebut novel gak ya?) dan ceritanya pun simpel banget, jadi saya sendiri surprise karena saya bisa suka sama buku ini. Apalagi karena sampe sekarang, mood saya masih untuk bacaan yang angsty.

Tapi saya suka dengan kerapihan jalinan cerita yang dirangkai penulisnya. Konfliknya ringan, tapi gak kacangan. Klimaks pun dibuka pada waktu yang pas.

Sejak baca sinopsisnya, saya sudah penasaran si Emmie sakit apa. Dan sepanjang baca, saya gak bisa yakin 100% sampai saat penulis mengungkapkannya.
Kayak gini pikiran saya sepanjang baca : "Ow...Emmie sakit A nih. Etapi kan cerita ini semestinya berakhir bahagia. Jadi gak mungkin ah. Apa Emmie sakit B? Tapi kok gak ada hint ke arah situ?"
Yep...buku ini memang diceritakan dari sudut pandang Emmie. Jadi si Emmie bebas nentuin mana yang mau dia ceritain, mana yang enggak. I enjoyed it though.

Tapi yang paling saya suka tuh : chemistry-nya.
Chemistry antara Emmie dan member Demon's Wings itu so sweet banget. Keliatan banget kalo mereka benar-benar sayang dan memperlakukan Emmie layaknya adik kandung.
Saya juga suka hubungan persahabatan anggota Demon's Wings  yang berasa akrab.

Namun sisi chemistry ini juga yang "kinda off" for me.
Maksudnya gini, Emmie itu akrab dengan Shane dan Drake, apalagi dengan Jesse. Terlihat jelas hubungan Emmie dengan Jesse lebih akrab dibandingkan hubungan Emmie dengan yang lain. Mereka udah seperti adik-kakak ato malah soulmate. It's undestandable if they fall for each other.

Tapi justru Nik-lah yang jadi love interest-nya Emmie, padahal chemistry mereka sebagai couple tuh kurang berasa. Daripada Nik, saya sih lebih milih Jesse jadi lead male-nya.Tapi yah...itu emang selera saya aja sih.
Masalahnya buku ini emang terlalu singkat untuk si penulis bisa explore lebih dalam chemistry yang lebih believable buat Nik dan Emmie, jadinya berasa kayak diburu-buru.

But overall sih saya sukaaaa.
Berharap banget ada kelanjutan novel ini, yang menceritakan nasib anggota band yang lain. I want more Jesse please.
And oh this book is a nice hello bye the way, Ms. Browning. :)

PS : Thanks buat temen tersayang yang niat beliin ebooknya. You do adore these rockers a lot eh? ;)

PPS : So I got this link from Terri Anne Browning herself. She said one of book blogger made an interview with Nik Armstrong to make readers could get to know him more. Read it, guys. And be "aaww"ed by Nik. Here's the link : click here