Jadi, seperti biasa, kami-kami di Spank Club itu setiap harinya ngobrol akrab dengan topik keseharian mulai dari topik buku, ngegosipin orang, sampe yang terbaru beberapa waktu lalu ada yang heboh kirim-kirim foto C-String berikut foto model orang yang pakenya dan tutorial cara pakenya. *kalo ga salah, sih*
Tenang... Saya bukan mau bahas soal C-String karena saya kurang berminat pakai C-String. Hahaha...
Yang jelas, tadi pagi kami sempat heboh mengenai kelakuan remaja masa kini di Spank Club.
Jadi, ada seorang rekan dokter curhat mengenai pengalamannya kemarin di rumah sakit tempatnya bertugas. Ini saya copas dari ceritanya, ya... nggak ada yang saya kurangi maupun saya tambahkan.
Kalo Alvina sih langsung memutuskan nggak jadi nyeduh teh, karena mendadak ilfeel. Hahah. Soalnya kan, teh yang mau diseduhnya teh kantong. Pasti ada adegan celup *heh
Saya jadi inget pepatah "You Never Know till You Have Tried". Tapi kayaknya untuk seks di luar nikah, apalagi masih pada sekolah, belum punya penghasilan sendiri, menurut saya pepatah ini nggak patut dicoba, deh. Menurut saya, lho.
Saya jadi ingat, semasa saya masih sekolah dulu, dari menjelang masa pubertas, ibu saya udah mulai galak soal hubungan antara perempuan dan laki-laki. Mungkin ibu sayaes krim ekstrim banget, semua temen cowok yang main ke rumah pasti diinterogasi sampai rasanya maluuuuu banget. Tapi kemudian saya paham. Ibu saya khawatir saya bakalan terjerumus ke suatu lembah yang mungkin akan sulit buat saya bangkit lagi *iya tulisan saya ini kok muter-muter gini, yak. Haha. Tapi kurang lebih maksudnya ibu saya takut saya tekdung*. Soalnya, pas saya beranjak remaja, beberapa tetangga di lingkungan RW saya banyak yang kecolongan a.k.a mbak-mbak abegong yang masih SMP SMA itu kedapatan hamil. Gimana ibu saya nggak parno. Yang menyebabkannya menjadi super duper protektif terhadap saya.
Maka sex education pun dimulai ketika saya mulai mendapatkan menstruasi pertama saya. Ibu saya bilang, "no pacaran sampai sudah umur 17 tahun." Jadi, kalo ada temen cowok main ke rumah, ibu saya baweeeeeeeeeel banget. Oh. Jangan lupa juga bahwa saya nggak pernah nonton film-film Dono-Kasino-Indro. Juga pas ada serial Beverly Hills tayang. Atau pas ada serial Gone with the Wind. Bener-bener terlarang karena saya masih piyik banget waktu itu.
Ketika kelas 3 SMP, di bagian akhir semester genap, ada materi reproduksi pada manusia di pelajaran Biologi. Di buku pelajaran diperlihatkan penampang alat kelamin perempuan dan laki-laki berikut keterangan bagian-bagiannya. Nah, di sana disisipi nasihat oleh guru Biologi kami. Nasihat yang saya masih ingat sampai detik ini adalah, "gunakan alat-alat ini (sambil nunjuk ke gambar penampang itu) sebijaksana mungkin. Pastikan kalian nggak merusak masa depan kalian hanya karena mencoba-coba. Sekali mencoba lalu `terpeleset`maka hidup kalian berubah selamanya dan hilanglah masa muda kalian."
Seperti biasa sih, ada yang nyeletuk, "saya mah dipake buat pipis aja, kok, Pak..." terus ya gitu, deh, dhueeeeeeerrrrr! Seisi kelas geger.
Begitu masuk SMA pun sama aja ternyata. Pelajaran Biologi di kelas 1 malah lebih jelas gambar penampang di buku pelajarannya. Posisi lagi coitus bahkan yang diperlihatkan di buku. Lagi-lagi, guru Biologi yang mengajar kami saat itu pun bilang bahwa pelajaran ini bukan panduan untuk melakukan hubungan seks saat itu juga, melainkan dengan tahu hal ini, kami jadi lebih bijaksana untuk tidak mencobanya sebelum waktunya.
Sounds easy, huh?
Mungkin karena saya punya ibu yang bener-bener strict, maka sayapun nggak pernah coba-coba buat baca-baca novel-novel beradegan panas. Nggak punya penyalur bukunya juga, sih. Hahaha. Waktu saya SMA, kuliah, temen-temen saya anak masjid semua. Jadi, pas saya mau beli buku Supernova ~ Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh ~ temen saya bilang, "kalo mau baca, pinjam punya saya aja, Kak. NR itu."
Tapi karena saya bandel, saya beli juga itu buku. Terus setelah saya baca sendiri, saya ngerti kenapa dia sebut buku itu NR.
See?
Saya dilingkupi teman-teman yang soleh-solehah plus orangtua yang cukup strict, meski saya sempet ngebandel *sering pulang malem sih tapi bukan untuk dugem, kok, seringnya pulang ngajar tapi maen dulu ke mana gitu terus ga dapet angkot jadi jalan kaki sampai rumah*, alhamdulillaah, saya nggak sampai nyoba untuk melakukan seks sebelum saya menikah. Saya masih percaya sama pentingnya menjaga keperawanan, sih, kebetulan. Heuheu. Kan asik kalo bisa menghadiahkan keperawanan buat seseorang yang bener-bener berhak dan dia adalah orang yang sah, baik secara agama maupun negara.*tsaaaaah
Yang jelas, saat itu kami bahkan menghindari tatap mata dengan lawan jenis, pegangan tangan apalagi pelukan. Widih... kalo keterusan kan gimana? Gitu aja sih yang muncul di benak saya dan teman-teman ketika itu.
Jadi, pas baca cerita teman dokter saya di atas, saya agak merinding dan parno. Meski saya tahu, banyak dari teman saya yang sudah mulai mencoba secelup dua celup pas mereka masih sekolah dulu. Yang jelas, yang membuat saya benar-benar berusaha tidak melakukan seks sebelum menikah adalah ekspresi wajah seorang teman akrab saya yang menyesali hilangnya keperawanannya. Pas SMA, dia pacaran dengan seseorang. Baru tiga hari pacaran udah ada bekas cupang di lehernya dan keliatan oleh kami semua. Yang ngenesnya, ketika dia udah berkali-kali berhubungan seks dengan pacarnya, lalu pacarnya mutusin dia dan jalan dengan cewek lain. Teman saya sempat depresi dan berkali-kali mencoba bunuh diri, karena tiap dia deket ama cowok lain, cuma mau berhubungan badan aja sama dia. Udahnya dia disia-siain gitu... :(
Saya tahu, gairah dan libido anak muda itu kadang tidak terkendali. Tidak terkendali bukan berarti nggak bisa dialihkan, kan? Dan emang nggak semua anak muda mau ngedengerin "bahaya"nya seks di luar nikah. Saya nggak tahu apakah sex education itu hanya tanggung jawab orangtua atau guru di sekolah. Tapi menurut saya, seperti yang dibilang teman dokter saya tadi, perlu banget adanya pendidikan mengenai safe sex.
Semoga ke depannya blog CG ini bisa berbagi informasi mengenai safe sex untuk membantu para orangtua atau anak-anak muda yang perlu informasi ini. Minimal mencegah terjadinya kehamilan di luar nikah atau bahkan penyebaran penyakit kelamin...
Sekian dan terima kasih. Saya lemparkan informasi safe sex pada yang lebih tau... *lirik semua member CG* Hahaha...
So... pepatah "You Never Know till You Have Tried" untuk perkara seks sebelum nikah itu yay or nay?
Tenang... Saya bukan mau bahas soal C-String karena saya kurang berminat pakai C-String. Hahaha...
Yang jelas, tadi pagi kami sempat heboh mengenai kelakuan remaja masa kini di Spank Club.
Jadi, ada seorang rekan dokter curhat mengenai pengalamannya kemarin di rumah sakit tempatnya bertugas. Ini saya copas dari ceritanya, ya... nggak ada yang saya kurangi maupun saya tambahkan.
`'Kelucuan' di UGD kemarin:
Jam 1 siang datang cewek 19 thn diantar bapaknya. SI anak ini 2 bulan lalu dirawat krn sakit maag. Dan kata si bapak, sejak pulang dirawat kok ga sembuh2. Anaknya masih suka muntah, sekarang ngeluh perut kiri bawah sakit dan jadi buncit.
Yaaa... aku bisa ngeliatlah kalo itu buncitnya bukan buncit biasa. Jadi aku suruh testpack. Dan bener... hasilnya positif.
Si anak langsung menyangkal. Dia bilang dia masih perawan. Berani sumpah pula. Setelah dibujuk dan didesak , akhirnya si anak ngaku kalo pernah intim sama pacarnya. Ngomongnya gini: "Tapi cuma masuk ujungnya aja. Kata dia gak bakal hamil kok kalo cuma ujungnya"
Lalu bapak dan anak itu pun pulang.
Jam 10 malam, waktu shiftku udah mo kelar dan aku siap2 pulang, eeeh... cewek tadi datang lagi bareng pacarnya.
Si pacar gak percaya kalo cuma masuk ujungnya aja bisa hamil. Jadi minta dijelasin gimana bisa hamil kalo cuma nempel.
Trus... udahnya si cowok ngaku, "sebenernya gak cuma ujung, dok. Ya sempet kepleset sih. Kecelup satu dua kali. Tapi sempat saya tarik kok."
Boooo.... kepleset dan kecelup kata dese.
Akhirnyaaaaaaaaaaa... aku ended up jelasin tentang resikonya kecelup, telat angkat, dan safe sex. Juga sex during pregnancy.
Dan semua kuliah itu baru selese jam... 12 malam`
Kalo Alvina sih langsung memutuskan nggak jadi nyeduh teh, karena mendadak ilfeel. Hahah. Soalnya kan, teh yang mau diseduhnya teh kantong. Pasti ada adegan celup *heh
Saya jadi inget pepatah "You Never Know till You Have Tried". Tapi kayaknya untuk seks di luar nikah, apalagi masih pada sekolah, belum punya penghasilan sendiri, menurut saya pepatah ini nggak patut dicoba, deh. Menurut saya, lho.
Saya jadi ingat, semasa saya masih sekolah dulu, dari menjelang masa pubertas, ibu saya udah mulai galak soal hubungan antara perempuan dan laki-laki. Mungkin ibu saya
Maka sex education pun dimulai ketika saya mulai mendapatkan menstruasi pertama saya. Ibu saya bilang, "no pacaran sampai sudah umur 17 tahun." Jadi, kalo ada temen cowok main ke rumah, ibu saya baweeeeeeeeeel banget. Oh. Jangan lupa juga bahwa saya nggak pernah nonton film-film Dono-Kasino-Indro. Juga pas ada serial Beverly Hills tayang. Atau pas ada serial Gone with the Wind. Bener-bener terlarang karena saya masih piyik banget waktu itu.
Ketika kelas 3 SMP, di bagian akhir semester genap, ada materi reproduksi pada manusia di pelajaran Biologi. Di buku pelajaran diperlihatkan penampang alat kelamin perempuan dan laki-laki berikut keterangan bagian-bagiannya. Nah, di sana disisipi nasihat oleh guru Biologi kami. Nasihat yang saya masih ingat sampai detik ini adalah, "gunakan alat-alat ini (sambil nunjuk ke gambar penampang itu) sebijaksana mungkin. Pastikan kalian nggak merusak masa depan kalian hanya karena mencoba-coba. Sekali mencoba lalu `terpeleset`maka hidup kalian berubah selamanya dan hilanglah masa muda kalian."
Seperti biasa sih, ada yang nyeletuk, "saya mah dipake buat pipis aja, kok, Pak..." terus ya gitu, deh, dhueeeeeeerrrrr! Seisi kelas geger.
Begitu masuk SMA pun sama aja ternyata. Pelajaran Biologi di kelas 1 malah lebih jelas gambar penampang di buku pelajarannya. Posisi lagi coitus bahkan yang diperlihatkan di buku. Lagi-lagi, guru Biologi yang mengajar kami saat itu pun bilang bahwa pelajaran ini bukan panduan untuk melakukan hubungan seks saat itu juga, melainkan dengan tahu hal ini, kami jadi lebih bijaksana untuk tidak mencobanya sebelum waktunya.
Sounds easy, huh?
Mungkin karena saya punya ibu yang bener-bener strict, maka sayapun nggak pernah coba-coba buat baca-baca novel-novel beradegan panas. Nggak punya penyalur bukunya juga, sih. Hahaha. Waktu saya SMA, kuliah, temen-temen saya anak masjid semua. Jadi, pas saya mau beli buku Supernova ~ Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh ~ temen saya bilang, "kalo mau baca, pinjam punya saya aja, Kak. NR itu."
Tapi karena saya bandel, saya beli juga itu buku. Terus setelah saya baca sendiri, saya ngerti kenapa dia sebut buku itu NR.
See?
Saya dilingkupi teman-teman yang soleh-solehah plus orangtua yang cukup strict, meski saya sempet ngebandel *
Yang jelas, saat itu kami bahkan menghindari tatap mata dengan lawan jenis, pegangan tangan apalagi pelukan. Widih... kalo keterusan kan gimana? Gitu aja sih yang muncul di benak saya dan teman-teman ketika itu.
Jadi, pas baca cerita teman dokter saya di atas, saya agak merinding dan parno. Meski saya tahu, banyak dari teman saya yang sudah mulai mencoba secelup dua celup pas mereka masih sekolah dulu. Yang jelas, yang membuat saya benar-benar berusaha tidak melakukan seks sebelum menikah adalah ekspresi wajah seorang teman akrab saya yang menyesali hilangnya keperawanannya. Pas SMA, dia pacaran dengan seseorang. Baru tiga hari pacaran udah ada bekas cupang di lehernya dan keliatan oleh kami semua. Yang ngenesnya, ketika dia udah berkali-kali berhubungan seks dengan pacarnya, lalu pacarnya mutusin dia dan jalan dengan cewek lain. Teman saya sempat depresi dan berkali-kali mencoba bunuh diri, karena tiap dia deket ama cowok lain, cuma mau berhubungan badan aja sama dia. Udahnya dia disia-siain gitu... :(
Saya tahu, gairah dan libido anak muda itu kadang tidak terkendali. Tidak terkendali bukan berarti nggak bisa dialihkan, kan? Dan emang nggak semua anak muda mau ngedengerin "bahaya"nya seks di luar nikah. Saya nggak tahu apakah sex education itu hanya tanggung jawab orangtua atau guru di sekolah. Tapi menurut saya, seperti yang dibilang teman dokter saya tadi, perlu banget adanya pendidikan mengenai safe sex.
Semoga ke depannya blog CG ini bisa berbagi informasi mengenai safe sex untuk membantu para orangtua atau anak-anak muda yang perlu informasi ini. Minimal mencegah terjadinya kehamilan di luar nikah atau bahkan penyebaran penyakit kelamin...
Sekian dan terima kasih. Saya lemparkan informasi safe sex pada yang lebih tau... *lirik semua member CG* Hahaha...
So... pepatah "You Never Know till You Have Tried" untuk perkara seks sebelum nikah itu yay or nay?
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk memberi komentar :)